Monthly Archives: February 2014

Tentang Aku dan Sang Penjaga Waktu

“Time doesn’t exist, clocks do. – unknown

Kutipan diatas saya temukan dipersilangan Internet.

Mereka bilang, waktu itu tidak ada, kemudian manusia yang menciptakan.

Dunia, bumi, berputar begitu saja sesuai siklusnya, 24 jam katanya.

Tapi toh kalo 24 jam itu gak ada, bumi akan tetap berputar, hingga diperintahkan untuk berhenti.

Sadar atau tidak, berapa banyak manusia yang terperangkap dengan ‘waktu’nya sendiri.

Manusia budak waktu, mereka bilang waktu adalah uang, ditukarkan dengan sejumlah kehidupan mereka.

Seandainya 24 jam itu tidak ditemukan, masih kah manusia akan ribut kehilangan waktu? Kekurangan waktu? Sibuk menyesuaikan kehidupan mereka dengan waktu, mengejar waktu?

Kalau seandainya ‘waktu’ tidak diciptakan, apa manusia tidak bisa bekerja, tidak bisa hidup, hanya tau Jam berapa sekarang? Jam pagi, jam siang, jam malam.”

Manusia sekarang terbiasa diatur, oleh aturan yang diciptakan mereka sendiri.

Saya punya cerita sendiri tentang waktu.

Dari kecil aku tidak terbiasa menggunakan aksesoris yang menempel ditubuh, termasuk jam tangan.

Saya tahu tentang waktu, terutama hari minggu, dari serial animasi yang ditayangkan ditelevisi. Jam 7 adalah saatnya Ultraman beraksi. Jam 8 adalah dimana tayangan Doraemon berakhir. Jam 9 adalah saatnya Detective Conan muncul dan tengah hari adalah dimana seluruh tayangan tersebut habis, baru saya makan dan mandi. Boleh dibilang, saya adalah penjaga waktu yang handal, saya adalah jam berjalan.

Sampai kapanpun saya gak pernah pakai jam tangan, melihat jam sekenanya dari layar handphone atau melirik jam dinding, selebihnya saya tidak terlalu tertarik.

Hingga akhirnya saya harus ujian OSCE, katanya kalo OSCE haru pakai jam tangan yang ada detiknya. Ya sudah saya pun minta dibelikan papa. Untuk apa? Kata papa waktu itu, untuk ujian, yang ada detiknya ya jawabku (maksudnya jam digital).

Jangan kalian pikir jam tangan yang dibelikan adalah jam cantik yang banyak dipakai perempuan atau jam yang berkilau-kilau begitu atau jam berwarna cerah dan indah. Jam yang dibelikan papa, jam digital Casio, warnanya hitam, bentuknya kecil, ketika dipakai dipergelangan tanganku sangat pas, saya merasa keren. Terima kasih papa. Sama-sama, semoga ujiannya lancar terus, katanya.”

Saya lebih suka memakai jam tangan secara terbalik, dimana bagian penunjuk waktunya berada menutupi nadi pergelangan tangan, pun dengan aksesoris lain, misalkan gelang.

Jamnya selalu kupakai kalau OSCE, iya, cuma kalo OSCE atau SOCA (tapi lama-lama lupa) atau ujian tulis kalau ingat untuk memakainya. Harian, cuma saya taruh dikotaknya. Barang berharga untuk saya gak pernah saya pamerin, pasti saya simpan ditempat yang aman, dan hanya beberapa yang bisa ikut menikmati.

 

Jumat 7 Februari 2014 kemarin merupakan OSCE terakhir saya selama pre-klinik, Alhamdulillah tidak terlalu banyak mengalami kesulitan saat ujian, sebelum ujian sudah banyak kesulitan menimpa saya, errr, kecuali satu stase dimana saya buyar karena ke-tidak-profesional-an saya, errr. Pro-justica, p-pro- j-juss-ttica, prrojusticciya, pro-justicia ………………….  Afasia motorik sesaat, ada apa dengan area Broca saya?

Setelah OSCE saya berakhir, jam tangan saya putus menjadi 3 bagian, dibagian pengikatnya.

Image

secara anatomy rusak, secara fisiologis masih baik. hiks

Apakah jam tangan saya tahu bahwa tugasnya sudah berakhir?

Rasanya saya memang tidak terlalu menyukai ‘waktu’, tapi karena saya hidup didunia penuh aturan, saya rasa nanti pasti saya butuh jam tangan juga, tapi nanti. Saat ini belum ada yang menarik.

Ah, kecuali dengan pocket watch, itu cantik sekali. Saya membelinya di toko, dengan ornament bunga mawar kesukaan saya. Hehe.

Image

untuk aku yang enggan memakai jam tangan, 

tapi selalu bertanya Jam berapa sekarang?

Ya begitulah cerita saya dengan sang penjaga waktu.

Sampai jumpa dilain waktu.

Jakarta 09 Februari 2014 ; jam berapa sekarang?

Akhirnya!!!!

Akhirnya selesai juga!!!!!

Judul yang tepat untuk hari ini.

Coba diingat, waktu-waktu kelam harus bangun tengah malam.

Coba diingat, kertas-kertas yang berhamburan.

Coba diingat sindrom-sindrom pre-exam.

Hari ini adalah SOCA terakhir

bukan terakhir semester, bukan terakhir blok aja,

tapi yaaa terakhir.

Sampai tiba bertemu dengan SOCA-SOCA lainnya, pseudoSOCA, dan sebangsanya.

Karena masa-masa itu sudah berlalu, rasanya butuh sesuatu pengingat, biar tidak lupa rasanya.

Ada yang ingat? Pertama kali blok FBS? Teori sel dasar? Telomer?

Faal, histo, anatomi? Lemak, protein, karbohidrat? BAKTERI??

Ada yang ingat, perasaan tidak tahu apa-apa, harus apa, harus bagaimana?

Masih ingat, first date sama Sherwood, Junquira, Moore, HARPER?

Rasanya perut melilit dicekokin harper, ngapalin siklus kreb, yang ujung-ujungnya cuma ngehasilin berapa atp. Atau biosintesis protein yang tiba-tiba tadaaaa bisa jadi asam amino.

Pun akhirnya bisa adaptasi sama SOCA, tetep aja SOCA pre-syndrome selalu muncul. Udah berapa liter kopi yang terminum, hingga resistent? (Saya sih gak demen ngopi tapi)

Ada beberapa moment yang ingin saya ceritakan Waktu FBS 1-4 saya dapet Lemak dan Darah. Awal kasus klinik adalah RPS, kasus tentang kehamilan. EMS, kalo gak DM , tiroid (maaf lupa). DMS, dapet lipoma. HIS, syok anafilaktik (asli bikin syok, yang nguji orang PK).

Kemudian tiba lah pada blok NBS.

Kebayang gak, syaraf itu bentuknya kayak serabut-serabut, saling berkaitan, ada sinap-sinapnya terus harus dihubungkan sama hipotalamus.

Anggap aja hipotalamus adalah pembangkit tenaga, dan syaraf itu kabel-kabelnya.

Untuk bekerja listriknya harus diatur sedemikian rupa, lewat reaksi kimia.

Ribet? Gak kebayang? Sama, gue juga puyeng mikirinnya.

Selain tentang persyarafan, blok ini juga digabung sama psikiatri, tambah sulit? Emang, gue serasa jadi pasiennya.

Tapi ya, mau gimana lagi, karena SOCA adalah ujian penuh kejutan, ada sekitar 8-9 kasus yang harus dipahami dan diujikan tanpa tahu kamu dapat kasus apa.

Ditambah lagi rumitnya fisiologi, gimana mau ngerti ke patologinya?

Nama gue ada diurutan gelombang pertama, iya, gelombang ketok pintu.

Gue dapet kasus Stroke hemoragik.

Gue gak lulus, gue shock.

Yaudah, karena baru pertama kali gak lulus, gue down, meracau dan jadi pasien psikiatri *gak deh* Coba tanya sama temen-temen sekosan gue, tampang gue kaya gimana waktu itu …

Toh akhirnya gue ngulang, dapet kasus trauma kepala, pengujinya baik hati, gue lulus.

Habis NBS apa ya? SSS kalo gak salah, Special Sensory System.

Gue dapet kasus Korpus Alienum.

Gue shock, gue gak ngerti.

Tapi gue lulus, dan menjelaskan ala konjungtivitis biasa *nangis dijutekin penguji*

“Korpus itu badan, alien itu benda asing. Jadi ada benda asing di mata.” Penguji diem, gue ikutan diem.

Ada gue lho dimata kalian, hohohoho
Ada gue lho dimata kalian, hohohoho

 

Selanjutnya, CVS. Wahhh ini, gue udah hapal mati sama pre-load jantung, bagian jantung dan penyakitnya.

Apalagi pas diruang flipchart gue ngerasa gampang banget ngerjainnya, asyik dong.

Ternyata penguji gue orang perfeksionis

Gue gak lulus.

Sampe sekarang gue gak tau, itu kasus gue gagal jantung sama hipertensi, atau gagal jantung e.c hipertensi, atau gagal jantung tiba-tiba hipertensi.

Terus gue ngulang, dapet Buerger’s disease, pengujinya baik.

Pas waktu RS, gue dapet kasus TB.

Ternyata yang nguji gue adalah seroang penguji yang sama waktu gue blok CVS dan seorang yang sama dengan penguji SSS. (Iya SOCA diuji sama dua orang penguji)

Gue panik. Diagnosis gue salah.

Tapi ternyata gue lulus, gue dipuji katanya analisis gue bagus. Gue mengsem-mengsem.

*terus waktu CVS kenapa kamu ninggalin aku ha? kenapaaaa???*

Kemudian ada blok GUS, gue dapet trauma uretra. Waktu blok GIS, dapet apendisitis.

Terus pas di blok Tropical Medicine, kata temen gue ini SOCA terakhir. Kenyataannya masih ada satu lagi. Oh God, why?

Selama ini, selama kasus SOCA, gue selalu berdoa, Ya Tuhan jangan Engkau beri aku kasus infeksi, ya pokoknya jangan aja, saya bingung kenapa bakteri punya toksin, macem toksinnya apa, terus bedainnya gimana. Terus kenapa kalo infeksi bisa bla bla bla..

Di Tropical Medicine, semua kasus berkaitan dengan mikroorganisme tersebut.

Serasa habis sudah harapan…….

Sampe gue telepon bokap dengan nada sedih dan berharap dihibur

Pa, pelajaran kali ini aku gak bisa banget, susah aku gak ngerti. “Yaudah mbak kamu belajar aja, btw kamu udah makan belom, jaga kondisi aja, kalo ngantuk tidur bla bla bla…”

Hal yang wajar sebelum ujian, minta doa dari orangtua. Tiap mau ujian gue selalu sempetin diri untuk minta ditelepon. Cuma semenit dua menit, dan selalu berakhir dengan pesan jangan lupa makan, jaga kesehatan dibanding diingetin kamu udah hapal definisi dari tetanus? udah bisa nyambungin Trias Virchow? paracetamol dosisnya berapa? BCG dimana suntiknya? kalo penyelaman repetitive prosedur dekompresinya gimana?

Kalo ditanya gitu mungkin gue tambah stress.

Dan pada hari Senin 3 Februari 2014, tibalah SOCA blok MATRA.

Gue gelombang pertama, gue panik. Gue trauma pas blok NBS.

Gue gak bisa tidur, gak bisa makan, gak bisa ngapa-ngapain, gue ngambek sama buku-buku gue. Kenapa kalian gak ngerjain sendiri sih diruang flip chart.

Sampe kampus, gue langsung masuk ruang flipchart tanpa diisolasi.

Ternyata gue dapet DVT, terus penguji gue baik dua-duanya. Hehehe, yaudah.

SOCA terakhir alhamdulillah, gue lulus, memuaskan.

Walau gue lupa hukum tekanan, soalnya gue udah tertekan duluan.

Kayaknya gue gampang banget ya ngelewatinnya?

Enggak, kalian salah.

Tiap malam antara PR dan tugas yang bertumpuk.

Pagi ada kuliah dan tutorial, siang sampe sore ada lab.

Tiap sampe kosan, cape, gue tidur dulu.

Kalo malam gak begadang, kapan lagi gue nyelesain semua itu?

Perlahan jadi makhluk nokturnal, selalu tidur jam 1 pagi.

Kalo gak aktif malam hari, kapan gue bisa main sama teman-teman? Hahaha.

Terus, untung gue punya pasangan pengertian. Jarang gue ajak main.

Dari pagi sampe sore gue cuekin, baru malem gue telepon, dia sambil ngantuk-ngantuk.

Tiap mau SOCA dan ujian lain, ritual telepon nangis-nangis dulu.

Yaudah intinya adalah, ini semi berakhir. Toh nanti pas klinik gue bakal menemukan ujian yang sejenis. Walau gak sama persis.

Ujian terselubung, ujian yang nyata.

Bagaimana cara kita menghadapi masalah, meskipun terjatuh, pasti bisa bangkit lagi. Itulah manusia.

Terima kasih atas waktu luangnya membaca curhatan panjang lebar saya.

Besok saya ada OSCE, mohon didoakan ya.

Btw, ini post udah dari hari Senin yang lalu dalam bentuk draft dan baru bisa dirapiin sekarang.

Goodbye, dear you, SOCA 😉

Jakarta 06 Februari 2014 09:31